Skip to main content

Tokoh Indonesia

Penggerak Gereja Kebangsaan

Sam Ratulangi adalah orang Kristen yang memiliki rasa kebangsaan yang cukup tinggi. Bahkan, rasa nasionalismenya tersebut dibawanya ke lingkup gereja. Sam Ratulangi menjadi salah satu motor penggerak terbentuknya gereja baru, yang disebut Kerapatan Gereja Protestan Minahasa, yang disingkat menjadi KGPM. Sam memberi sumbangsih pada tercetusnya semboyan gereja ini yang berbunyi, "Yesus Kristus dalam kebangsaan, kebangsaan dalam Yesus Kristus."

Robert Wolter Monginsidi

Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Robert Wolter Monginsidi adalah salah satu pahlawan nasional yang berjasa dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam usia yang relatif muda, dia telah mengurbankan banyak waktu dan tenaga serta hidupnya untuk bangsa yang dicintainya. Inilah salah satu sikap yang harus diteladani seluruh bangsa Indonesia, yang akhir-akhir ini sudah mulai langka. Rasa cinta tanah air yang melekat dalam dirinya benar-benar mendasari kesetiaannya kepada negara.

Ronny Pattinasarany

Ronald Hermanus Pattinasarany yang lebih dikenal dengan nama Ronny Pattinasarany, lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada tanggal 9 Februari 1949. Ronny adalah salah satu pemain sepak bola legendaris, sekaligus pelatih sepak bola yang memiliki jam terbang tinggi di Indonesia. Dia juga mendapat sebutan "Sang Macan Lapangan" karena selalu siap menjemput bola di mana pun berada. Pada masa-masa jayanya, ia mendapatkan banyak permintaan untuk bergabung dengan klub-klub sepak bola papan atas.

Sam Ratulangi

Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi (lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 dan meninggal di Jakarta, 30 Juni 1949) adalah salah seorang politikus dan pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Filsafatnya yang berbunyi, "Si tou timou tumou tou" -- manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia -- sangat terkenal hingga sekarang.

Sitor Situmorang

Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1924 di Harianboho, Sumatera utara. Masa kecilnya dihabiskan di lingkungan tradisional, di lingkungan tradisi sastra lisan yang berbahasa batak. Sejak kecil dia mendengarkan khotbah-khotbah dalam bahasa Injil, lewat terjemahan ke dalam bahasa Batak. Dia senang mendengarkan lagu-lagu rakyat. Dia kenyang dengan ide-ide puitis dan bentuk-bentuk sastra tanpa teori dalam berbagai upacara.

Darah seninya lebih diasah saat dia mengenyam pendidikan di sekolah. Dia menyelesaikan SD dan SMP di daerah pedalaman Batak. Setelah dia pindah ke Jakarta pada tahun 1941, dia melanjutkan pendidikannya di berbagai sekolah HIS, MULO, AMS. Dia juga pernah memperdalam pengetahuan mengenai sinematografi di Los Angeles, Amerika serikat.

Soetirah Paulina Van Magelang

Soetirah lahir pada tanggal 4 Mei 1908 dari keluarga Sastrokarjo. Selama tiga tahun, ia bersekolah di Zendingsschool Kalipenten. Kemudian, ia melanjutkan ke Sekolah Guru Keucheniusschool, Purworejo, yang pada tahun 1906 dipindahkan ke Yogyakarta. Di Eerste Afdeling Keuchenius School Yogyakarta, Soetirah dan kakak-kakaknya dipersiapkan diri menjadi guru sekolah Zending.

T.B. Simatupang

Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Tahi Bonar Simatupang atau lebih dikenal dengan sebutan T.B. Simatupang adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Dia lahir pada tanggal 28 Januari 1920 di Sidikalang, Sumatra Utara, dan meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 di Jakarta. Simatupang menikah dengan Sumiarti Budiardjo, adik Ali Budiardjo yang pernah menjabat Menteri Penerangan, pada tanggal 12 Desember 1948 dan dikaruniai empat orang anak.

Todung Sutan Gunung Mulia

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Permulaan abad ke-20 merupakan masa yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Sebab, pada abad inilah tersemai bibit-bibit kesadaran untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Abad ini juga merupakan awal munculnya para pemikir, pembaru, dan tokoh revolusi Indonesia. Salah satu dari antara para tokoh-tokoh tersebut adalah Prof. Dr. Todung Gelar Sutan Gunung Mulia Harahap, yang akrab disapa Mulia. Mulia hidup di dalam nuansa penjajahan Belanda. Apabila dirunut dari silsilahnya, Mulia masih memunyai hubungan darah dengan Amir Syarifuddin Harahap -- Perdana Menteri Indonesia, periode 3 Juli 1947 - 29 Januari 1948.