Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi

You are herePeraih Nobel / Desmon Tutu

Desmon Tutu


Desmon Tutu adalah seorang aktivis Afrika Selatan. Usahanya untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan apartheid selama tahun 1980-an membuatnya dikenal di seluruh dunia. Dilahirkan pada tahun 1931 di Klerksdorp, Tutu memilih mengajar sebagai profesi yang akan digelutinya. Setelah melayani sebagai dosen selama beberapa tahun, ia mendalami teologi. Ia adalah orang kulit hitam pertama yang menjadi Uskup Agung di Cape Town dan menjabat sebagai bisop di Johannesburg. Tutu adalah orang Afrika Selatan kedua yang mendapatkan penghargaan Nobel. Dialah yang menyuarakan kegelisahan orang-orang kulit hitam "bisu" yang mengalami penderitaan karena diskriminasi ras di Afrika Selatan. Pengajaran dan tulisan-tulisannya, baik yang dilakukan di negaranya sendiri ataupun yang di luar negaranya, memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah apartheid. Selain itu, Desmond Tutu juga telah mengorganisasi berbagai kampanye melawan AIDS, kemiskinan, dan rasialisme. Para peraih nobel telah menyusun beberapa buku dari pidato dan kata-katanya. Dalam perjalanan kariernya, Desmond Tutu juga pernah menjabat sebagai ketua dari Truth and Reconciliation Commission (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi). Saat ini, ia menjabat sebagai ketua di "The Elders" (orang-orang tua).

Masa Kanak-Kanak

Desmon Tutu dilahirkan sebagai seorang Metodis. Ia menjadi seorang Anglikan saat keluarganya berganti keyakinan. Bersama keluarganya, ia pindah ke Johannesburg saat berusia 12 tahun. Di Johannesburg, Tutu menemui seorang pendeta Anglikan, Trevor Huddleston, yang sangat menentang apartheid, yaitu sebuah sistem yang melegalkan rasialisme. Tutu dipengaruhi oleh Huddleston dan menganggap sang pendeta sebagai teladannya. Sebenarnya, Tutu ingin menjadi seorang dokter, namun keluarganya tidak mampu memberikan pelatihan. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk mengikuti jejak ayahnya dan memilih mengajar sebagai profesinya.

Pendidikan

Pada tahun 1951 -- 1953, Desmond Tutu belajar di Pretoria Bantu Normal College. Ia mengejar gelar diploma dalam bidang pendidikan dan ingin menjadi pengajar. Setelah menyelesaikan kuliah, ia melanjutkannya dengan mengajar di Johannesburg Bantu High School selama 3 tahun, sampai tahun 1957. Sayang sekali pada tahun 1953, pelaksanaan kebijakan "Bantu Education Act" di sekolah tersebut justru memperburuk standar pendidikan bagi kulit hitam dan menurunkannya menjadi tingkat dua. Karena kebijakan itu, Tutu mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai bentuk protes terhadap kondisi akademik yang buruk bagi warga kulit hitam Afrika Selatan.

Kemudian, Tutu melanjutkan pendidikannya dan mendalami teologi di St. Peter’s Theology College in Rosettenville. Ia mengikuti jejak Trevor Huddleson, yang adalah teladan sekaligus rekan aktivisnya. Pada tahun 1960, Tutu menjadi seorang pendeta Anglikan. Setelah itu, ia pergi ke London untuk memperdalam studinya. Di sana, ia memperoleh gelar sarjana dan master di bidang teologi.

Kehidupan Pribadi

Desmond Tutu menikahi Nomalizo Leah Shenxane pada tahun 1955. Dari pernikahannya tersebut, ia dikaruniai empat orang anak, yaitu Trevor Thamsanqa Tutu, Theresa Thandeka Tutu, Naomi Nontombi Tutu, dan Mpho Andrea Tutu. Pada tahun 1997, Desmond Tutu didiagnosis terserang kanker prostat. Dengan pengalaman itu, ia menjadi pendukung South Afrika Prostate Cancer Foundation (Yayasan Kanker Prostat Afrika Selatan) yang didirikan pada tahun 2007.

Karier

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Desmond Tutu kembali ke Afrika Selatan. Ia menggunakan pengajarannya di ruang kuliah untuk menyoroti kondisi menyedihkan dari warga kulit hitam di negara itu. Pada tahun 1970 -- 1974, Tutu menjabat sebagai dosen di University of Lesotho, Botswana. Pada tahun 1975, ia diangkat sebagai Dekan Anglikan Johannesburg. Ia menggunakan posisinya untuk menantang peraturan orang kulit putih secara terbuka. Dari tahun 1976 sampai tahun 1978, Tutu menjabat sebagai Uskup Lesotho. Pada tahun 1978, ia menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Gereja-Gereja Afrika Selatan. Setelah satu tahun, ia terpilih sebagai Uskup Agung Cape Town, Afrika Selatan. Ia menjadi uskup kulit hitam pertama di Johannesburg pada tahun 1985.

Perjuangan Tutu Melawan Apartheid

Pemberontakan mahasiswa terhadap apartheid dimulai di Soweto, pada tahun 1976. Aksi protes ini kemudian dikenal sebagai "Kerusuhan Soweto". Melihat kondisi ini, Desmond Tutu bangkit menjadi salah satu kritikus vokal apartheid -- sistem yang melegalkan rasialisme. Ia menggunakan posisinya sebagai Uskup Lesotho untuk melawan apartheid. Tutu memainkan perannya dengan mendukung boikot ekonomi dari negaranya. Ia juga berjuang melawan diskriminasi rasialisme dengan terus-menerus menyerukan rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang terkait dengan apartheid melalui tulisan-tulisan dan ceramah-ceramahnya, baik di dalam ataupun di luar negeri.

Masa Tua

Pada tanggal 7 September 1986, Desmond Tutu menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi Kepala Gereja Anglikan di Afrika Selatan. Ia diundang ke Birmingham, Inggris, sebagai bagian dari Citywide Christian Celebrations (Perayaan Kristen Seluruh Kota) pada tahun 1989. Istrinya menemaninya untuk mengunjungi berbagai instansi, salah satunya adalah Nelson Mandela School (Sekolah Nelson Mandela) di Sparbrook. Pada Pemilu multirasial pertama Afrika Selatan, yang diadakan pada tahun 1994, Nelson Mandela terpilih sebagai Presiden kulit hitam pertama di negara itu. Mandela menunjuk Tutu sebagai ketua Truth & Reconciliation Commission (Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi).

Dalam rangka mengabdikan waktunya untuk TRC, Tutu memutuskan untuk pensiun dari posisi Uskup Agung Cape town pada tahun 1996. Setelah satu tahun, meskipun ia mengumumkan bahwa ia akan menjalani pengobatan kanker prostat selama beberapa bulan di Amerika Serikat, ia terus bekerja untuk TRC. Tutu kembali ke Britania Raya pada tahun 2004 untuk melayani sebagai profesor tamu di King College. Saat ini, meskipun ia masih menderita kanker, ia melakukan banyak perjalanan ke berbagai tempat dan bekerja untuk keadilan, baik di dalam maupun di luar negaranya.

Penghargaan

Kesungguhan Desmond Tutu untuk mendukung tujuan yang mulia, melawan apatheid, telah memberinya sejumlah penghargaan bergengsi. Dan, atas kontribusinya dalam penyelesaian masalah apartheid, pada tahun 1984 Tutu dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian. Tiga tahun kemudian, ia dianugerahi penghargaan "Pacem in Terris". Pada tahun 1992 dan pada tahun 1999, ia juga memenangkan penghargaan Bishop John T. Walker Distinguished Humanitarian Service Award (Penghargaan Layanan Kemanusiaan yang Mulia oleh Bishop John T. Walker) dan berhak atas penghargaan "Sydney Peace Prize". Selain itu, pada tahun 2005 ia juga memenangkan penghargaan Gandhi Peace Prize dan penghargaan Lincoln Leadership Prize pada tahun 2008. (t/Berlin)

 

Download Audio

 

Diterjemahkan dari:

Nama situs : www.thefamouspeople.com
Alamat URL : http://www.thefamouspeople.com/
Judul asli artikel : Desmon Tutu
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 20 Juni 2013

Komentar


SABDA Live



Alkitab SABDA


Cari kata atau ayat:

Kamus SABDA


Media Sosial

 

Member login

Permohonan kata sandi baru