Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereTokoh HAM / Fred Shuttlesworth
Fred Shuttlesworth
Fred Lee Robinson dilahirkan di Mont Meigs, Alabama, pada tanggal 18 Maret 1922. Ibunya, Alberta Robinson, kemudian menikah dengan William Shuttlesworth, seorang petani. Fred bekerja sebagai buruh dan sopir truk sebelum akhirnya ia lulus dari Universitas Selma (1951) dan Universitas Negeri Alabama (1952). Tahun 1953, Fred Shuttlesworth menjadi seorang pendeta di Gereja Baptis Bethel.
Pada bulan Mei 1956, Shuttlesworth mengadakan Gerakan Kristen Alabama untuk Hak Asasi Manusia (Alabama Christian Movement for Human Rights -- ACMHR).
Bulan Desember 1956, Mahkamah Agung menyatakan bahwa segregasi [pemisahan penumpang kulit hitam dan kulit putih, Red.] di bus-bus di Montgomery sebagai tindakan ilegal. Tidak lama kemudian, Shuttlesworth mengumumkan bahwa ACMHR akan menguji coba hukum segregasi tersebut di Birmingham.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Shuttlesworth untuk memperjuangkan hak asasi manusia membuatnya menjadi target orang-orang kulit putih yang rasis. Pada hari Natal tahun 1956, ada 16 batang dinamit meledak di bawah jendela kamarnya. Seperti yang dikatakan penulis biografinya, "Tahun berikutnya, ia dan istrinya mencoba untuk mendaftarkan anak mereka di SMA untuk orang kulit putih di Birmingham. Kemudian para preman kulit putih memukulnya dengan `knuckleduster` [besi yang dipasang di sela-sela jari, Red.], cemeti, dan rantai." Selama periode ini, Martin Luther King menggambarkan Shuttlesworth sebagai "pejuang hak asasi yang paling berani di wilayah Selatan".
Tahun 1957, Shuttlesworth bergabung dengan Martin Luther King, Ralph David Abernathy, dan Bayard Rustin untuk membentuk Konferensi Pemimpin Kristen di Wilayah Selatan (Southern Christian Leadership Conference -- SCLC). Dengan bermarkas di Atlanta, Georgia, sasaran utama SCLC adalah untuk mengoordinasi dan membantu organisasi lokal, yang berupaya untuk memperjuangkan persamaan hak orang-orang Afrika-Amerika. Organisasi ini berkomitmen untuk tidak menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan hak asasi warga, dan SCLC mengadopsi motto: "Sehelai rambut pun dari kepala orang takkan jatuh ke bumi".
Godfrey Hodgson menyerukan: "Shuttlesworth selalu mengakui kepemimpinan Martin Luther King serta mengikutinya melakukan mars, bahkan masuk penjara dengannya. Pada puncak krisis segregasi tersebut, ketika foto-foto demonstran kulit hitam diserang oleh anjing polisi dan senjata air tersebar ke seluruh dunia, King (panggilan Martin Luther King) mulai berbicara dengan sekelompok pengusaha Yahudi, untuk menghapus segregasi di supermarket-supermarket mereka. Shuttlesworth tidak diberi tahu tentang pembicaraan tersebut, dan ia tidak senang."
Tahun 1960, Shuttlesworth bergabung dengan aksi protes menentang pemisahan tempat makan di kantin, dan pada tahun 1961 dia membantu dalam Kongres Tentang Persamaan Ras (Congress on Racial Equality -- CORE) dalam mengatur gerakan Kebebasan HAM (Freedom Rides). Ketika para aktivis tersebut dipukuli di Anniston, Shuttlesworth menyiapkan arak-arakan sebanyak lima belas mobil untuk menyelamatkan mereka. Selanjutnya, ketika para aktivis tersebut dikepung oleh lebih kurang 1.000 orang kulit putih yang bersenjata, Shuttlesworth mengawal pemimpin HAM bernama James Farmer ke gerejanya. Farmer kemudian bercerita: "Dia adalah orang gila atau orang yang paling berani yang pernah saya temui. Shuttlesworth hanya berjalan melewati mereka dengan sangat tenang. Saya rasa [para perusuh tersebut] telah terintimidasi oleh keberaniannya."
Shuttlesworth juga memimpin para demonstran menentang segregasi di Birmingham, dan akibatnya dia harus dirawat di rumah sakit pada bulan Mei 1963, setelah dihempaskan ke tembok dengan tembakan air dari pipa selang pemadam kebakaran. Beberapa hari selanjutnya, keluar pengumuman berikut ini.
1. Dalam jangka waktu 3 hari setelah demonstrasi, desegregasi akan dilakukan pada ruang-ruang ganti [kamar pas, Red.].
2. Dalam jangka waktu 30 hari setelah pemerintahan kota dibentuk oleh keputusan pengadilan, tanda-tanda [segregasi] di kamar kecil, kamar mandi, dan tempat minum umum akan disingkirkan.
3. Dalam jangka waktu 60 hari setelah pemerintahan kota terbentuk, program desegregasi tempat makan di kantin akan dimulai.
4. Pada waktu pemerintahan kota terbentuk, program pengembangan pekerjaan kaum Negro akan dilanjutkan, dan akan ada pertemuan dengan pemimpin lokal yang bertanggung jawab untuk mempertimbangkan langkah-langkah selanjutnya.
Tahun 1966, Shuttlesworth menjadi pendeta Gereja Baptis Greater New Light. Dia juga melayani sebagai pemimpin Yayasan Pemukiman Shuttlesworth, sebuah organisasi yang membantu keluarga-keluarga kurang mampu untuk membeli rumah mereka sendiri, yang ia dirikan pada tahun 1988. Yayasan tersebut telah membantu 460 keluarga miskin untuk memperoleh rumah. Sebuah biografi oleh Andrew M. Manis, "A Fire You Can`t Put Out: The Civil Rights Life of Birmingham`s Reverend Fred Shuttlesworth", telah dipublikasikan pada tahun 1999.
Tahun 2004, Shuttlesworth menjadi presiden Konferensi Pemimpin Kristen di Wilayah Selatan. Tetapi dia mengundurkan diri dengan menyatakan bahwa, "kebohongan, ketidakpercayaan, dan kurangnya disiplin rohani dan kebenaran telah merusak inti organisasi yang dahulunya suci ini." Dia menyampaikan khotbah terakhirnya pada tahun 2006, setelah ia didiagnosa menderita tumor otak. Tahun 2008, bandara Birmingham dinamai kembali menjadi Bandar Udara Internasional Birmingham- Shuttlesworth.
Fred Shuttlesworth meninggal dunia pada tanggal 5 Oktober 2011. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Spartacus Education |
Alamat URL | : | http://www.spartacus.schoolnet.co.uk/USAshutterworth.htm |
Judul asli artikel | : | Fred Shuttlesworth: Biography - Spartacus Educational |
Penulis | : | Tidak Dicantumkan |
Tanggal akses | : | 23 November 2011 |
Sumber: Bio-Kristi 85
- 9420 reads