Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No. 154 Desember 2015 / Bio-Kristi No. 154 Desember 2015
Bio-Kristi No. 154 Desember 2015
Pengantar Bio 154 Desember 2015
Salam damai dalam Kristus,
Dalam masa Natal ini, kami menyajikan dua tokoh, yang walau sama sekali berbeda dalam konteks historis dan vokatif, tetapi sama-sama menjadikan kehendak Tuhan sebagai arah dalam kehidupan mereka. Yusuf, ayah Yesus, dan Friedrich Silaban, arsitek besar dari negeri kita, adalah sosok orang-orang percaya yang patut menjadi inspirasi dalam kehidupan kita. Simaklah kisah dan pergumulan mereka dalam publikasi Bio-Kristi di penghujung tahun ini.
Jangan Mengacuhkan Yusuf pada Masa Natal
Saya memerankan seekor sapi dalam drama Natal saya di kelas satu dan saya memiliki lebih banyak dialog dibanding anak yang memerankan Yusuf. Dia adalah peran pembantu, atau seperti itulah tampaknya, bagi Maria, bagi boneka plastik di palungan, dan bagi seluruh pemain drama kami lainnya. Kami hanya mengikuti naskah drama. Hanya ada sedikit ruang bagi Yusuf dalam peristiwa di penginapan pada imajinasi orang Kristen dewasa ini, terutama dalam kalangan Protestan konservatif seperti saya. Tampaknya, peran Yusuf satu-satunya adalah sebagai seorang penerima tamu -- untuk mengantar Maria sampai ke kandang di Betlehem, dan kemudian untuk mengantarnya kembali ke Bait Allah di Yerusalem, untuk mencari Yesus yang tengah berkeliaran saat berusia 12 tahun.
Friedrich Silaban
Diringkas oleh: N. Risanti
Friedrich Silaban adalah seorang arsitek yang mengukir sejarah toleransi beragama di Indonesia. Lahir pada tanggal 16 Desember 1912, di Bonandolok, Sumatera Utara. Ia dijuluki Presiden pertama RI dengan, 'By the grace of God" (karena anugerah Tuhan - Red.) karena berhasil memenangkan sayembara merancang masjid Istiqlal di Jakarta.