Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi

You are hereKarya / Eugene Peterson

Eugene Peterson


Penulis Biografi Eugene Peterson adalah Salah Satu Pribadi yang Dibentuk oleh Sang Pendeta Amerika

Beberapa momen paling berharga Winn Collier dengan mendiang Eugene Peterson termasuk duduk tenang bersama sang pendeta, penulis sekaligus penerjemah The Message Bible di rumahnya di Montana, yang menghadap ke Danau Flathead dan Pegunungan Mission di kejauhan.

"Saat Anda bersama Eugene untuk waktu yang lama, sering kali ada periode hening panjang yang awalnya tampak canggung, tetapi kemudian menjadi suci dan indah. Itu benar-benar ruang yang suci," kata Collier, direktur Eugene Peterson Center for Christian Imagination di Western Theological Seminary di Holland, Michigan.

Collier membagikan lebih banyak tentang kenangan itu dalam buku terbarunya, "A Burning in My Bones: The Authorized Biography of Eugene H. Peterson, Translator of The Message" (Rasa Terbakar dalam Tulang Saya: Biografi Resmi Eugene H. Peterson, Penerjemah The Message - Red.), yang akan dirilis akhir bulan ini.

Gambar: Eugene Peterson

Collier, mantan pendeta dan pendiri All Souls Church di Charlottesville, Virginia, menghabiskan bertahun-tahun melakukan wawancara dan meneliti jurnal, surat pribadi, dan foto-foto Eugene Peterson untuk membantu pembaca mengenal pria yang dianggap banyak orang sebagai sang pendeta Amerika.

"Saya berharap orang-orang akan merasa seperti mereka benar-benar bertemu Eugene dan masuk ke dunianya," kata Collier tentang bukunya.

Saat Peterson meninggal pada 2018 dalam usia 85, dia dikenal oleh sebagian besar dunia sebagai penulis produktif yang menulis lebih dari 30 buku, termasuk "The Contemplative Pastor: Returning to the Art of Spiritual Direction" (Pendeta Kontemplatif: Kembali ke Seni Pengarahan Rohani - Red.), "The Jesus Way" (Jalan Yesus - Red.), dan "The Message" (Pesan - Red.), terjemahan Kitab Suci dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Inggris sehari-hari karyanya pada 2002 yang telah terjual lebih dari 15 juta eksemplar di seluruh dunia.

Eugene Peterson

Peterson, seorang pendeta Presbiterian selama lebih dari tiga dekade, juga merupakan pengamat tajam keadaan gereja. Dia menyesali munculnya fenomena gereja raksasa, ibadah online, dan gereja dengan pendekatan bisnis terhadap pelayanan.

Kekhawatiran itu dan yang lainnya berasal dari panggilan utamanya sebagai seorang pendeta yang bermaksud menjadikan Kristus, Alkitab, dan pemuridan sangat praktis bagi anggota gerejanya dan para pembacanya, kenang Collier.

Dia sering berhati-hati agar tidak mengukur keberhasilan pelayanan berdasarkan pertumbuhan keuangan dan keanggotaan. "Meski dia mendapati bahwa banyak dari hal-hal itu terkadang diperlukan, hal-hal itu seringnya lebih didorong oleh semangat kewirausahaan dan kapitalis Amerika daripada pekerjaan kuno menjadi pendeta bagi umat Tuhan," jelas Collier.

Bagi Peterson, perangkap dari metode semacam itu termasuk menjadi terjebak di dalamnya. "Gereja tidak selalu bekerja atau berjalan lancar, dan Anda tidak selalu dapat mengukur kesuksesan dengan cara semacam itu. Dia mengatakan bahwa jika kehidupan Yesus memberitahukan sesuatu kepada kita, itu adalah bahwa pelayanan bisa saja tidak berhasil sama sekali dan mungkin membuat Anda terbunuh."

Peterson menghindari abstraksi teologis dan mempromosikan gagasan bahwa "pendeta harus membenamkan diri dalam kondisi kehidupan umat mereka. Anda harus memperhatikan kisah orang-orang yang bersama dengan Anda."

Kepekaan itu mengilhami sebuah proyek yang akhirnya mengarah pada "The Message", kata Collier. Bertahun-tahun sebelumnya, Peterson menerjemahkan bagian-bagian kitab Galatia untuk anggota kelas Sekolah Minggu yang kesulitan memahaminya sewaktu dia mengajar.

Anggota jemaatnya sangat menyukai bagian-bagian yang diterjemahkan itu sehingga Peterson kemudian memasukkannya ke dalam sebuah buku dan penerbit menyarankan terjemahan yang lebih luas, kata Collier. "Penting untuk dipahami bahwa (The Message) tidak dimulai dengan 'Saya akan menerjemahkannya untuk dunia dan Amerika.' Itu hanya untuk lingkaran kecil teman-teman di gereja ini."

Itu merupakan ilustrasi lain tentang bagaimana Peterson menjangkau orang dan pelayanan. "Pertanyaannya bukan 'Bagaimana Anda membangun saluran kepemimpinan?' melainkan, 'Bagaimana saya mengajar orang untuk berdoa?' Itu adalah pertanyaan penting bagi Eugene."

Lantas, kekhawatirannya tentang gereja raksasa adalah bahwa itu mewakili gereja yang dikuasai oleh kekuatan budaya dan praktik bisnis yang tidak ada hubungannya dengan kerajaan Allah, Collier mengingat. "Dan bahayanya bagi Eugene adalah gereja menjadi antirelasional. Dia tidak melihat bagaimana daya tarik yang terus-menerus dari gereja untuk terus menjadi lebih besar berkontribusi untuk menjadi relasional. Dia pikir itu adalah pengkhianatan terhadap relasional tersebut."

Peterson juga memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan pikiran logis untuk melihat Kitab Suci dan Allah. Imajinasi adalah kunci untuk pemahaman itu, kata Collier. "Eugene menggunakan kata 'imajinasi' bukan dalam artian 'mengada-ada,' melainkan sebagai kapasitas untuk melihat hal-hal spiritual yang biasanya kita lewatkan dengan pikiran kita yang rasional dan didaktik."

Jurnal Peterson penuh dengan kiasan alkitabiah yang menghubungkan pengalamannya dengan yang dijelaskan dalam Kitab Suci. "Dia akan berkata, 'Saya harus menyeberangi Laut Merah saya' atau 'Saya harus menyeberangi Sungai Yordan saya,'" katanya. "Dia tidak menggunakan Alkitab untuk mengilustrasikan hidupnya, tetapi dia melihat dirinya sendiri di dalam dunia Alkitab."

Akibatnya, daftar bacaan Peterson penuh dengan puisi dan fiksi "karena mereka menciptakan dunia kemungkinan yang tidak dapat Anda lihat dengan cara yang murni rasional," kata Collier. "Dia percaya bahwa untuk melihat Allah dan kasih karunia sebagaimana adanya membutuhkan cara pandang yang baru."

Cara pandang itu, pada gilirannya, menarik banyak orang kreatif kepada Peterson dan tulisan-tulisannya. "Banyak musisi dan pelukis yang benar-benar tertarik kepadanya karena, seperti dia, mereka tidak melihat dunia sebagai sesuatu yang terpisah dan terkotak-kotak."

Bono mendengarkan Peterson

Salah satu seniman tersebut adalah Bono, vokalis band rock U2. Dia menghubungi Peterson setelah membaca buku sang penulis yang berjudul "Run with the Horses: The Quest for Life at Its Best" (Berlari bersama Kuda: Pencarian akan Hidup yang Terbaik - Red.).

"Dia menemukan dalam diri Eugene suara Kristen yang benar-benar setia berbicara dalam bahasa yang dikenali Bono. Dia tertarik pada imajinasi Eugene yang luas dan ekspansif dan cara dia menafsirkan Kitab Suci. ... Setelah itu, Eugene menjadi semacam pendeta bagi Bono saat hubungan mereka berlanjut."

"pendeta harus membenamkan diri dalam kondisi kehidupan umat mereka. Anda harus memperhatikan kisah orang-orang yang bersama dengan Anda." Eugene Peterson
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ibu Peterson juga membantu membentuk petualangan imajinatifnya ke dalam kehidupan Roh. Sebagai seorang pengkhotbah awam Pentakosta, ibunya membawanya sebagai seorang anak laki-laki dalam acara-acara khotbah di aula-aula Grange dan kamp penebangan kayu. "Kesetiaannya dan hasratnya terhadap Allah serta kasihnya kepada orang-orang benar-benar membentuk Eugene," kata Collier.

Mungkin itu sebabnya, sesaat sebelum kematiannya, Peterson tampak kenyang dengan iklim politik dan budaya buruk yang meletus selama kepresidenan Donald Trump, ungkap Collier. "Salah satu ritual favoritnya adalah membaca koran sambil minum kopi. Akan tetapi, pada titik tertentu, dia berhenti berlangganan koran karena tidak tahan lagi membaca tentang Trump."

Ini bukan hanya masalah politik bagi Peterson. "Dia benar-benar bingung. Dia tidak dapat memahami bagaimana Presiden Trump tampaknya telah merayu sebagian besar gereja."

Tanggapan Peterson terhadap tantangan ini dan tantangan lainnya adalah dengan berolahraga lari, mengerjakan kerajinan kayu, menghafal bagian-bagian Mazmur, bertemu dengan penasihat spiritual biarawati Karmelitnya "dan hanya bersantai."

Collier mengatakan bahwa menulis buku itu dan persahabatannya selama bertahun-tahun dengan Peterson secara signifikan telah mengubah hidupnya sendiri. "Pada 1999, saya membaca bukunya, "Working the Angles" (Membuat Skema - Red.). Itu sungguh menegur saya. Di situlah saya melihat apa artinya menjadi seorang pendeta yang setia pada zaman kita."

Mereka kemudian diperkenalkan oleh penerbit yang sama dan mulai saling berkirim surat. "Dari surat menyurat itu, dia menjadi seperti seorang pendeta bagi saya."

Tujuan biografi ini adalah membantu orang lain menemukan hubungan yang serupa dengan Peterson, kata Collier. "Harapan saya adalah orang-orang akan menemukan Eugene secara utuh dan merasa seperti mereka telah bertemu dengannya." (t/N. Risanti)

Graham dan istrinya, Ruth, memiliki tiga anak perempuan, dua anak laki-laki, sembilan belas cucu, dan sejumlah buyut. Keluarga Graham membangun rumah di pegunungan di Carolina Utara bagian barat. (t/Ratri)

 

Audio: Eugene Peterson



Diterjemahkan dari:
Nama situs : Baptist News Global
Alamat situs : https://baptistnews.com/article/author-of-eugene-peterson-biography-was-one-of-many-shaped-by-americas-pastor/#.YJEA528xVNA
Judul asli situs : Author of Eugene Peterson biography was one of many shaped by America’s pastor
Penulis artikel : Jeff Brumley

Komentar


Kunjungi Situs Natal


https://natal.sabda.org
30 Tahun SABDA
Merayakan 30 tahun
melayani bersama

SABDA Live



Alkitab SABDA


Cari kata atau ayat:

Kamus SABDA


Media Sosial

 

Member login

Permohonan kata sandi baru