Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi

You are heremedis / Marcus Whitman

Marcus Whitman


Marcus Whitman dilahirkan pada tanggal 4 September 1802 dalam keluarga Beza dan Alice Whitman, di Federal Hollow (sekarang Rushville) New York. Ia adalah generasi ketujuh dari "Keturunan John Whitman yang tiba di koloni Massachusetts Bay beberapa waktu sebelum Desember 1638. Diyakini bahwa John Whitman datang dari Norfolk, Inggris, di mana nama keluarganya sebenarnya ditulis dengan Whiteman" (Drury, 1986, 61). Dalam kehidupan dan setelah kematiannya, Marcus Whitman menjadi salah satu tokoh terkenal di abad 19 dan menjadi seorang inspirator bagi banyak orang.

Rushville terletak di sebelah Barat New York, dan pada waktu itu dianggap cukup primitif. Tumbuh dan besar di wilayah ini, bertugas merawat mesin pembuat kertas (mempersiapkan benang wol untuk dipintal), Markus kemungkinan mendapatkan pengetahuan dan keahlian ini sejak dini, yang kemudian ia butuhkan di Oregon. Beza meninggal ketika Marcus berusia 7 tahun, Marcus dikirim untuk tinggal bersama pamannya di Massachusetts, di mana ia menerima pendidikan dan pendidikan moral selama lima tahun. Masa remajanya dihabiskan di Plainfield, Massachusetts, di sebuah sekolah yang diajar oleh Pendeta Moses Hallock. William Cullen Bryant dan John Brown (penulis Harper's Ferry raid) adalah siswa lain yang juga diajar oleh Pendeta Hallock. Hal yang sangat memengaruhi Marcus pada usia 17 tahun adalah kebangunan rohani di seluruh New England, yang sekarang dikenal sebagai Kebangunan Besar Kedua. Beberapa gereja Protestan aktif dalam kebangunan rohani, termasuk Presbiterian, Kongregasionalis, dan Baptis. Marcus memiliki pengalaman pertobatan, tetapi ia tidak bergabung dengan gereja tertentu pada waktu itu, meskipun ia berkeputusan untuk melayani.

Setelah kembali ke Rushville pada tahun 1820 (usia 18 tahun), ia memberi tahu keluarganya bahwa ia ingin menjadi pelayan Tuhan. Keluarganya tidak mendukung keinginan Marcus karena dibutuhkan tujuh tahun untuk menjadi seorang pelayan Tuhan pada waktu itu -- empat tahun untuk kuliah dan tiga tahun di seminari teologi. Selama tiga tahun berikutnya, Marcus bekerja di usaha penyamakan kulit dan sepatu milik ayah angkatnya. Pada usia 21 tahun, ia mulai belajar untuk menjadi dokter, dengan bekerja magang pada seorang dokter di Rushville. Kemungkinan, ia magang selama dua tahun dan menyelinginya dengan mengajar sebagai pekerjaan sambilan. Pada tahun 1825, ia mendaftarkan diri ke perguruan tinggi Kedokteran dan Bedah di distrik Barat New York -- Fairfield. Setelah 16 minggu, ia mendapatkan izin untuk membuka praktik kedokteran. Ia pergi ke Kanada untuk membuka praktik kedokteran, menghabiskan sekitar 2,5 tahun di distrik Niagara sebelum kembali ke Rushville, New York. Namun, pikirannya kembali beralih ke pelayanan sehingga ia mengikuti studi persiapan untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Studinya ini terhenti karena satu penyakit yang dialaminya sehingga Marcus tidak pernah menyelesaikannya. Namun, pada Oktober 1831, ia kembali mendaftar ke perguruan tinggi Kedokteran dan Bedah Fairfield, dan meraih gelar Dokternya (setingkat M.D). Dua gelar dan pengalamannya menjadi seorang dokter membuat dia dianggap sebagai dokter yang kompeten dalam pengobatan.

Setelah menerima gelar M.D., Marcus menetap di Wheeler, New York. Ia tinggal di sana sampai 1835 ketika ia masuk ke dalam komunitas Pusat Misi di Oregon. Whitman adalah anggota aktif dari komunitas tersebut, dan terpilih sebagai wali dari Gereja Presbiterian Wheeler pada tahun 1832 dan 1833. Ia ditahbiskan sebagai penatua gereja tersebut pada tahun 1834. Pada tahun itu jugalah Marcus Whitman mendapat perhatian dari Dewan Komisaris Misi Asing Amerika (DKMAA) di Boston, Massachusetts. DKMAA adalah sebuah organisasi yang mensponsori gereja Presbiterian dan Kongregasi misi di seluruh dunia, termasuk Amerika. Pendeta H.P. Strong dari Rushville menulis surat kepada DKMAA pada tanggal 25 April 1834. Isinya berupa permohonan supaya Marcus Whitman diterima sebagai seorang missionaris, dan bahwa kesehatan Marcus telah membaik. Selanjutnya, DKMAA menjawab surat ini ke pendeta Strong, yang kemudian menyampaikannya ke Dr. Whitman sehingga kemudian Whitman menulis surat kepada DKMAA pada Juni 1834.

"Saya melihat Misionaris sebagai dasar dari penebusan dan menjadi dasar dari semua perintah serta janji Tuhan Yesus Kristus kepada para duta dan gereja-Nya. Misionaris melibatkan kekudusan dan kebahagiaan semua orang yang dapat ditebus dari dosa. Saya melihat orang-orang tidak percaya sebagai orang yang tidak memiliki pengetahuan akan Allah yang benar dan akan binasa seperti yang dijelaskan Rasul Paulus. Saya menganggap bahwa tugas setiap orang Kristenlah untuk mengupayakan kemajuan karena Kristus lebih benar daripada objek yang mereka senangi. Saya berdoa agar saya hanya memiliki perasaan semacam itu dalam keinginan saya untuk diterima sebagai penolong dalam misionaris. Saya siap untuk pergi ke bidang apa pun yang bermanfaat, yang mengarah ke A. Jika diperlukan, saya akan bekerja sama sebagai Dokter, Guru, atau bahkan petani, sejauh yang bisa saya lakukan. Saya belum menikah sehingga saya tidak perlu mengadakan penyesuaian dalam hal itu. Namun, saya rasa saya perlu memikirkan seorang istri jika pelayanan DKMAA mengizinkannya. Saat ini, saya berusia 32 tahun. Sudah sejak lama pikiran saya tertuju pada masalah misionaris. Selama enam bulan terakhir, saya semakin intens memikirkan hal itu lebih daripada sebelumnya. Saya berharap segera mendapatkan kepastian.

Salam dalam persekutuan Kristen,

Marcus Whitman

Karena penyakit yang membuat Marcus tidak dapat menyelesaikan studi pelayanannya, DKMAA ragu-ragu untuk menerima dia sebagai misionaris, dan tidak menunjuk dia untuk melakukan tugas itu pada waktu itu, meskipun surat itu meyakinkan anggota Dewan bahwa kesehatan Marcus telah membaik. Kemudian, pada tahun 1834, Marcus kembali menulis surat kepada DKMAA, berisi permohonan untuk menjadi seorang misionaris bidang medis. Pada 6 Januari 1835, Dewan menemuinya dan menunjuk Dr. Whitman sebagai dokter misionaris. Pengangkatannya dimulai dengan perintah untuk menemani Samuel Parker ke Pegunungan Rocky pada musim panas itu dan menyuluh tanah misi. Marcus bekerja di wilayah Wheeler dan mulai mencari hal terakhir yang belum ia dapatkan: seorang istri.

Mungkin, Marcus telah berkenalan dengan Narcissa Prentiss sebelum kunjungannya ke rumah keluarganya, yang berakhir dengan lamaran pernikahannya pada Februari 1835. Pada saat itu, beberapa pasangan misionaris dicomblangkan oleh seseorang yang dikenal oleh kedua pasangan, sesuatu yang mungkin terlihat seperti "pernikahan kenyamanan" saat ini. Kedua mempelai tidak saling kenal, namun memiliki kesamaan karakter dan tujuan. Narcissa Prentiss berasal dari Amity, New York. Dia juga telah mengajukan lamaran ke DKMAA, namun mendapat jawaban bahwa perempuan yang tidak menikah tidak diterima di DKMAA. Doanya terkabul ketika Marcus Whitman memasuki kehidupannya, demikian juga doa Marcus. Narcissa menerima pinangan Marcus. Keduanya memiliki waktu satu tahun untuk mempersiapkan pernikahan, sementara Marcus sedang dalam perjalanan pertamanya ke Barat bersama Samuel Parker. Dengan hari pernikahan yang menjelang, penghalang terakhir terhadap mimpi Marcus Whitman untuk memiliki kehidupan di bidang pelayanan Kristen telah dirobohkan.

Perjalanan ke Barat bersama Parker bukanlah perjalanan yang menyenangkan. Parker adalah orang yang sangat sulit dan lebih menganggap Whitman sebagai pelayan daripada seorang teman sekerja. Mereka pergi menggunakan karavan menuju ke tempat pertemuan tahunan antara orang-orang pegunungan dan "penjerat" (mungkin rampok) yang diadakan di Green River. Sebagai misionaris dan pendukung kesederhanaan, Whitman dan Parker tidak diterima dengan baik oleh orang-orang dalam karavan sampai Whitman "mengobati penderita kolera di seluruh karavan itu". Di tempat pertemuan pada tahun 1835, ia juga mengoperasi Jim Bridger, seorang pendaki gunung, mengambil serpihan panah sepanjang 3 inci dari punggungnya akibat peperangan dengan kaum Blackfeet tiga tahun silam. Setelah sukses mengoperasi Jim Bridger, orang-orang lain di tempat pertemuan itu mulai berdatangan untuk dioperasi juga. Whitman diterima dengan baik sebagai tabib, bahkan sebelum ia mendirikan pusat misi di antara Suku Cayuse pada 1836. Parker dan Whitman berpisah setelah bertemu dengan para pemimpin suku Nez Perce dan Flathead. Samuel Parker melanjutkan penjelajahan ke Walla Walla dengan orang-orang Indian, sementara Marcus kembali ke Timur untuk menikahi Narcissa dan mempersiapkan perjalanan selanjutnya, termasuk mencari lebih banyak misionaris untuk bergabung dengan mereka.

Setelah kembali dari perjalanan ke Timur, Dr. Whitman ditemani dua pemuda suku Nez Perce yang ia beri nama Richard dan John. Ia juga menulis laporan kepada DKMAA, yang menyatakan keyakinannya bahwa wanita bisa melakukan perjalanan lintas negara (sebelum ini, tidak ada wanita Eropa yang telah menyeberangi Pegunungan Rocky). Marcus masih berharap ada pasangan lain yang bergabung dengan perjalanan berbahaya mereka di Oregon. Ia mendengar bahwa Henry dan Eliza Spalding yang menjadi misionaris di antara orang-orang Osage sudah berangkat menuju tujuan mereka, namun Marcus mengejar mereka dan meyakinkan mereka untuk bergabung ke dalam misi Oregon. Setelah keluarga Spaldings setuju, Marcus kembali ke New York dan menikahi Narcissa Prentiss pada tanggal 18 Februari 1836. Awal kehidupan pernikahan mereka juga merupakan awal perjalanan ke Barat mereka, ke kehidupan baru sebagai misionaris di antara Suku Cayuse. Dengan suku inilah mereka menghabiskan sisa hidup mereka. Marcus dan Narcissa Whitman meninggal pada 29 November 1847 setelah menghabiskan 11 tahun di antara Suku Cayuse.

Antara tahun 1836 dan 1847 kehidupan sangat berubah, baik untuk keluarga Whitman maupun untuk Suku Cayuse. Suku Cayuse adalah orang-orang semi nomaden yang berada dalam siklus berburu, mengumpulkan, dan memancing musiman. Dr. Whitman memperkenalkan pertanian untuk menjaga Suku Cayuse tetap berada dalam misi dan memperkenalkan kekristenan. Pada pertengahan 1840-an, misi itu juga menjadi perhentian di Oregon Trail. Para imigran yang bepergian ke Willamette Valley tahu bahwa mereka bisa berhenti di Whitman Mission jika mereka membutuhkan makanan, obat-obatan, atau tempat tinggal selama musim dingin. Suku Cayuse merasa curiga dengan banyaknya orang yang membanjiri daerah tersebut. Ketegangan pun meningkat antara Suku Cayuse dan para misionaris. Situasi memuncak pada tahun 1847 dengan terjadinya epidemi campak yang membunuh setengah Suku Cayuse dalam hitungan bulan. Marcus dianggap sebagai te-wat, atau tabib, bagi orang-orang Cayuse. Namun, obat-obat yang diberikan Marcus tidak berhasil menyembuhkan orang-orang Cayuse yang terinfeksi. Merupakan tradisi Suku Cayuse bahwa jika seorang pasien meninggal setelah dirawat oleh seorang tabib, maka keluarga pasien berhak membunuh si tabib. Pada tanggal 29 November 1847, sebelas orang Cayuse terlibat dalam apa yang sekarang disebut "Pembantaian Keluarga Whitman". Mayoritas suku itu tidak terlibat dalam kematian keluarga Whitman dan sebelas imigran, namun, seluruh suku bertanggung jawab sampai tahun 1850. Pada tahun itu, lima orang Cayuse diserahkan ke pihak berwenang di Oregon City dan digantung karena kejahatan membunuh keluarga Whitman. (t/Berlin B.)

Diterjemahkan dan diringkas dari:

Nama situs : National Park Service
Alamat URL : http://www.nps.gov/
Judul asli artikel : Biography of Marcus Whitman
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 4 Juli 2013

Komentar


SABDA Live



Alkitab SABDA


Cari kata atau ayat:

Kamus SABDA


Media Sosial

 

Member login

Permohonan kata sandi baru