Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No. 171 April 2017 / Nilai Jiwa Manusia
Nilai Jiwa Manusia
Sebab, apa untungnya seseorang mendapatkan seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Apa yang dapat seseorang berikan untuk menebus nyawanya??
(Markus 8:36-37, AYT)
Mengulas pengajaran Yesus dalam Markus 8:34-35, John Calvin menulis, "Tidak ada seorang pun yang dapat dianggap sebagai murid-murid Kristus, kecuali mereka adalah peniru sejati-Nya, dan bersedia untuk mengejar perkara yang sama." Menjadi orang Kristen, berarti untuk seumur hidup mengejar apa yang sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Kita dipersatukan dengan Tuhan kita melalui iman kepada-Nya saja (Filipi 3:9), dan kemudian membuktikan iman itu di sepanjang hidup kita dengan mematuhi Juru Selamat kita dan mengikut Dia sebagai teladan kita.
Ini pasti akan mengarah pada penderitaan bagi orang percaya karena jalan pemuridan Yesus sendiri, dalam relasi dengan Bapa-Nya, melibatkan salib (Markus 8:31-33). Berapa banyak penderitaan yang dialami oleh orang percaya adalah kedaulatan Tuhan, dan beberapa orang menanggung konsekuensi yang lebih berat dalam mengikut Kristus dibandingkan yang lainnya. Namun, semua orang yang mau mengikut Yesus harus memandang kehidupan mereka sebagai hal yang sekunder ketika panggilan untuk menaati Tuhan tiba. Termasuk, untuk mati bagi Kristus jika situasinya menghendaki demikian. Apa pun yang terjadi, mengikut Yesus berarti mematikan diri, mati terhadap hidup lama kita yang berdosa, dan mati terhadap gagasan bahwa kita harus selalu menempatkan diri sebagai yang utama (Filipi 2:5-11; Kolose 3:5). Singkatnya, kita harus menempatkan Kristus dan ketaatan kepada-Nya sebagai yang utama, yang mencakup melayani orang lain sebelum kita melayani diri sendiri. Dunia membenci mereka yang menjadi serupa dengan Kristus sedemikian rupa (Yohanes 15:18). Kadang-kadang, kebencian itu begitu besar sehingga berakhir dengan pembunuhan.
Membayar harga kematian layak dilakukan, bukan hanya karena janji kehidupan kekal bagi mereka yang mati untuk dirinya sendiri (Markus 8:35), tetapi juga karena nilai jiwa kita. Dengan diciptakan menurut gambar Allah, manusia telah memperoleh nilai yang jauh melampaui segala ciptaan lainnya. Yesus, pada kenyataannya, mengatakan dalam bacaan hari ini bahwa memperoleh seluruh dunia tidak sama besar nilainya dengan nilai jiwa kita (ay. 36-37). Di sini, kata "jiwa" merujuk pada bagian intrinsik (dalam) seseorang, yang memberikan identitas sejati pada seorang pria atau wanita. Ini meliputi segala sesuatu dari diri kita, termasuk tubuh kita. Akan tetapi, pada intinya, berusaha mempertahankan keberadaan fisik kita dengan menyangkal Kristus, ketika tindakan seperti itu menuntut bayaran harga yang jauh lebih besar bagi jiwa kita, merupakan tindakan yang bodoh. Dunia dapat melenyapkan tubuh kita, tetapi itu hanyalah kerugian yang bersifat sementara. Bagi semua orang yang percaya akan keselamatan di dalam Kristus, mereka akan menerima tubuh kebangkitan di langit dan bumi yang baru. Namun, mereka yang menyangkal Kristus, pada akhirnya kehilangan jiwa mereka, dan itu adalah kerugian yang bersifat tetap, yang mengarah pada penderitaan dalam api neraka yang kekal (Wahyu 20).
Coram Deo
Dr. R.C. Sproul menulis dalam ulasannya tentang Injil Markus, "Kita bisa memahami nilai jiwa yang sesungguhnya dengan memperhatikan betapa Yesus bersedia membayar harga untuk jiwa-jiwa umat-Nya." Bahwa Anak Allah bersedia menanggung murka Allah sebagai Tuhan yang berinkarnasi, memberi tahu kita semua tentang seberapa besar kita harus menghargai jiwa kita. Oleh karenanya, berusaha untuk mempertahankan kehidupan kita, jika itu berarti tidak mematuhi Kristus, adalah keputusan yang paling bodoh, yang menimbulkan kerugian terbesar yang dapat kita perbuat.
Bacaan untuk studi lebih lanjut
Mazmur 16; Matius 10:28; Ibrani 10:19-39
(t/Jing-Jing)
Diambil dari | ||
Nama situs | : | Situs Paskah Indonesia |
Alamat URL | : | http://paskah.sabda.org/nilai_jiwa_manusia |
Judul asli artikel | : | The Value of the Human Soul |
Penulis artikel | : | Dr. R.C. Sproul |
Tanggal akses | : | 2 Februari 2017 |
- Login to post comments
- 3497 reads