Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No.05 Januari 2007 / Gutenberg
Gutenberg
Disusun oleh R.S. Kurnia
Revolusi dalam Budaya Tulisan
Budaya tulisan telah melampaui sejarah yang panjang dengan sekian banyak perubahan. Mulai dari piktogram (disebut juga piktograf, yaitu aksara berupa gambar untuk mengungkapkan amanat tertentu1) hingga tulisan yang kita kenal sekarang ini. Dari yang memanfaatkan dinding-dinding gua, lempengan batu-batu, sampai pemanfaatan kertas tulis. Meski demikian, budaya tulisan kita tidak akan mengalami perkembangan yang sedemikian pesat bila Gutenberg tidak menciptakan mesin cetak pada tahun 1455.
Sebelum penemuan mesin cetak, satu-satunya cara untuk memperbanyak sebuah tulisan ialah dengan menyalinnya. Salinan-salinan yang dihasilkan itu dinamakan manuskrip, yang berarti `tulisan tangan`[2].
Namun, metode penyalinan seperti itu justru menimbulkan sejumlah masalah. Pertama, butuh waktu yang lama untuk menyalin sebuah buku. Menurut Janus (2003)[3], pada tahun 1450, dibutuhkan setidaknya dua bulan untuk menyalin sebuah buku -- tentu saja tergantung ketebalan buku yang disalin. Kedua, kualitas penyalin tidak selamanya konstan. Akibatnya, kesalahan dalam penyalinan dapat terjadi. Akhirnya, harga buku menjadi mahal karena melalui proses kerja yang melelahkan dan memakan waktu yang lama. Dengan demikian, tidak sembarang orang yang bisa memiliki buku[4].
Menuju Era Mesin Cetak
Mesin cetak Gutenberg terwujud setelah melampaui proses yang cukup panjang. Pemikiran awal yang ia lakukan ialah dengan memanfaatkan sepotong balok yang berasal dari kayu yang keras[5]. Balok ini dibentuk seukuran halaman buku. Selanjutnya, setiap kata yang tertulis di halaman sebuah buku dipahat di salah satu sisi balok tersebut sampai dihasilkan rangkaian kata yang timbul. Bagian tersebut kemudian dicelupi tinta. Balok tersebut harus ditekan ke lembaran kertas cetak untuk menghasilkan halaman yang dibutuhkan.
Semula Gutenberg berpikir bahwa cara ini akan lebih baik daripada sekadar menyalin manuskrip. Namun, ia justru mendapati bahwa cara seperti ini memakan waktu yang sangat lama karena lempengan kayu tersebut harus dikerjakan dengan hati-hati. Selain itu, satu balok hanya dapat mencetak satu halaman tertentu saja.
Meski demikian, Gutenberg mulai berpikir. Bila balok kayu dapat digunakan untuk membentuk huruf cetak, seharusnya lempengan logam juga dapat digunakan untuk tujuan serupa. Menurutnya, pemanfaatan logam akan mempercepat proses reproduksi setelah satu karakter berhasil dibentuk[6].
Sejumlah sumber[7] menyebutkan bahwa pemikiran Gutenberg tersebut dimungkinkan mengingat keterlibatan keluarga Gutenberg dalam pencetakan uang logam. Karena itu, tidak heran bila Gutenberg dapat memikirkan model pencetakan mulai dari pemanfaatan balok kayu hingga pemikiran untuk memanfaatkan lempengan logam. Tidak mengherankan pula bila ia memiliki keahlian dalam pekerjaan yang berkaitan dengan logam.
Semula Gutenberg membangun bengkel kerjanya di Strasbourg (ketika itu masih menjadi bagian dari Jerman, sekarang Perancis)[8]. Hal ini ia lakukan karena ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang ia kerjakan. Ia menemukan runtuhan bangunan tua yang sebelumnya digunakan oleh para biarawan dan menggunakan salah satu ruangan sebagai bengkel kerjanya. Namun, tampaknya ia kemudian memindahkan bengkel kerjanya ke Mainz[9] dan berhasil menciptakan mesin cetaknya di kota tersebut.
Meski demikian, Gutenberg masih harus melakukan serangkaian percobaan lagi untuk membuktikan bahwa mesin cetaknya dapat digunakan. Oleh karena itu, ia melakukan serangkaian persiapan yang sangat panjang dan menempuh serangkaian uji coba. Keberhasilan pertamanya ialah mencetak buku tata bahasa Latin. Diperkirakan sekitar dua lusin edisi Ars Minor, salah satu bagian dari buku pelajaran tata bahasa Latin Aelius Donatus. Edisi pertama diperkirakan dicetak antara tahun 1451 dan 1452[10].
Setelah melakukan serangkaian percobaan termasuk keberhasilannya mencetak buku pelajaran tata bahasa Latin tersebut, Gutenberg mulai melangkah lebih jauh lagi. Proyek besar selanjutnya adalah mencetak Alkitab. Antara tahun 1450 dan 1455, Gutenberg menyelesaikan pencetakan Alkitabnya[11]. Adapun versi Alkitab yang dicetak Gutenberg kala itu adalah Alkitab Vulgata, Alkitab bahasa Latin hasil terjemahan Hieronymus[12]. Dokumen-dokumen awal menyebutkan, setidaknya 200 kopi dijadwalkan dicetak di atas kertas katun linen, 30 kopi dicetak di atas kulit hewan. Alkitab tersebut kemudian dijual seharga 300 florins[13], harga yang jauh lebih murah ketimbang Alkitab yang ditulis dengan tangan, yang penyalinannya oleh seorang rahib bisa menghabiskan dua puluh tahun[14].
Adapun Alkitab yang dihasilkan oleh mesin cetak Gutenberg merupakan Alkitab yang sangat indah. Gutenberg mendesain dan membentuk sendiri keping-keping logam yang akan digunakan untuk mesin cetaknya dengan huruf-huruf kaligrafi yang indah, ciri khas tulisan Abad Pertengahan[15].
Gutenberg dan Johann Fust
Proyek Gutenberg ini merupakan proyek yang sangat besar. Oleh karena itu, Gutenberg membutuhkan biaya yang sangat besar pula. Untuk mencapai visinya, Gutenberg menghabiskan seluruh kekayaan yang ia warisi dari keluarganya. Di tengah kesulitan dana, Gutenberg berhasil meyakinkan Johann Fust, seorang pedagang kaya (sumber lainnya, lihat catatan nomor 2, menyebutkan bahwa Fust juga seorang pengacara). Pada tahun 1449, Fust memberikan 800 florins pertama kepada Gutenberg, lalu sejumlah 800 florins lagi pada tahun 1452 dan 1453[16].
Meski berhasil mencetak Alkitab Vulgata, bahkan menjualnya seharga 300 florins, Gutenberg tetap tidak dapat mengembalikan pinjaman yang diberikan Fust. Hal ini menyebabkan Fust membawa Gutenberg ke pengadilan. Kemudian, hakim memutuskan Gutenberg bersalah sehingga mesin cetak dan Alkitab yang berhasil ia cetak beralih menjadi milik Fust[17]. Dengan demikian, Gutenberg pun bangkrut dan kehilangan semua jerih payahnya selama ini.
Ketidakmampuan Gutenberg untuk mengembalikan hutangnya itu tampaknya disebabkan oleh kepribadiannya sebagai seorang yang tidak sabaran. Kemungkinan Gutenberg harus melakukan begitu banyak percobaan sampai mesin cetaknya selesai. Dari sekian banyak percobaan yang ia lakukan, bukan tidak mungkin ia menemukan sekian banyak kegagalan yang tentunya memakan dana yang besar pula.
Setelah berhasil mengambil alih mesin cetak Gutenberg dan sejumlah Alkitabnya, Fust melanjutkan bengkel kerja Gutenberg ini. Ia menggaet Peter Schaeffer, mitra kerja Gutenberg sebelumnya sebagai rekannya[18]. Sementara itu, Gutenberg masih melanjutkan pekerjaannya dengan membuka percetakan. Meski demikian, cetakan yang ia hasilkan berkurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Pengaruh Bagi Kekristenan
Satu hal yang jelas, Gutenberg merupakan salah satu orang jenius yang dipakai oleh Tuhan. Mesin cetak yang dihasilkan oleh Gutenberg mengambil peranan yang sangat vital dalam penyebaran Alkitab.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, buku merupakan sesuatu yang sangat mahal. Demikian halnya dengan Alkitab sehingga tidak sembarang orang bisa memilikinya. Dengan penemuan Gutenberg ini, semua orang dapat memiliki Alkitab, meskipun masih dalam bahasa Latin. Setidaknya hal ini sudah memberikan akses kepada masyarakat awam, khususnya yang mengerti bahasa Latin untuk membaca Alkitab.
Meski terlibat dalam pencetakan surat indulgensi pada masa-masa berikutnya, ciptaan Gutenberg ini sangat berperan dalam Reformasi. Bahan-bahan seperti traktat, pamflet, khotbah, maupun "Flugschriften" yang ditulis oleh para reformator seperti Martin Luther, Martin Bucer, John Calvin, termasuk Ulrich Zwingli, dengan mudah dapat diperbanyak[19]. Sekali lagi hal ini memudahkan akses masyarakat luas terhadap kebobrokan gereja selama ini. Sehingga banyak mata yang terbuka dan mulai melihat kebenaran yang sesungguhnya.
Mesin Cetak Di Asia
Meski karya Gutenberg diakui sebagai karya yang luar biasa, ternyata Gutenberg bukanlah penemu mesin cetak yang pertama. Jauh sebelum Gutenberg berhasil menciptakan mesin cetak dengan kepingan potongan logam yang dapat dipindahkan, Chae Yun-eui dari Dinasti Goryeo telah menciptakan mesin cetak pertama pada tahun 1234[20]. Sedangkan, perangkat cetak dengan kepingan yang dapat dipindahkan diciptakan pertama kali di Tiongkok oleh Bi Sheng, antara tahun 1041 -- 1048[21].
Kehidupan Gutenberg
Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh mengenai masa kecil Gutenberg. Ia dilahirkan antara sekitar tahun 1394 -- 1404. Sebagian menyebut tahun lahirnya pada tahun 1398. Ayahnya bernama Friele Gensfleisch zur Laden dan ibunya Else Wirich[22]. Sebagai anak bangsawan, kemungkinan ia menempuh studi di Universiteit of Erfurt[23]. Namun, sekali lagi tidak ada bukti otentik bahwa Gutenberg pernah mengenyam studi di sekolah tersebut.
Setelah mengalami kebangkrutan, disebutkan kemudian, kehidupan Gutenberg belakangan ditopang oleh Keuskupan Mainz sampai akhir hayatnya. Karena Gutenberg dikenal sebagai seorang peminum -- ia akan membelanjakan uangnya hanya untuk alkohol, pihak keuskupan memutuskan untuk memberikan makanan dan tempat tinggal daripada uang[24].
Meski demikian, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa menjelang akhir hidupnya, Gutenberg bergabung dalam ordo Fransiskan[25]. Ia mengabdikan dirinya dalam doa, ketaatan, dan melakukan hal-hal yang baik. Setelah gagal meraih kesuksesan duniawi, ia beralih mencari kesuksesan surgawi.
Dalam pandangan Armstrong[26], perubahan dalam diri Gutenberg ini merupakan bukti dari cinta kasih Tuhan. Ia tetap mengasihi mereka yang Ia karuniai talenta sehingga ketika mereka ini terjerat dalam dosa, Ia sama sekali tidak membiarkan mereka. Banyak cara yang bisa Ia lakukan untuk memanggil kembali umatnya, di antaranya melalui suatu kejatuhan yang menyakitkan.
Berdasarkan sebuah buku yang dicetak setelah kematiannya, disebutkan bahwa Gutenberg meninggal pada tanggal 3 Februari 1468. Ia kemudian dimakamkan di sebuah gereja di Saint Frances. Sayangnya gereja itu kemudian dihancurkan sehingga makamnya tidak dapat ditemukan lagi.
Catatan
- Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Kamus Linguistik". Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 174.
- "Johann Gutenberg". Dalam http://www.greatsite.com/timeline-english-bible-history/gutenberg.html.
- Janus, Bill. 2003. "Book Review of John Man`s Gutenberg: How One Man Remade The World With Words". Dalam http://mtprof.msun.edu/Win2003/JanRev.html .
- Gutenberg sendiri menikmati manuskrip-manuskrip dan balok-balok buku (blockbooks")yang dapat dibacanya. Namun, ia juga berkata, "Sayangnya, hanya orang kaya saja yang dapat memiliki buku." ("Johann Gutenberg". Dalam http://www.greatsite.com/timeline-english-bible-history/gutenberg.html .)
- 2. loc. cit.
- Wikipedia. 2006. "Johannes Gutenberg". Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Gutenberg .
- Lihat Janus, Bill. 2003. loc.cit. dan Armstrong, Chris. 2004. "A God`s Eye View of Gutenberg: The Rise, Fall, and Redemption of The Father of the Information Age". Dalam http://www.christianitytoday.com/ct/2004/augustweb-only/8-23-42.0.html
- 2. loc. cit.
- Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. "Johann Gutenberg and Mainz". Dalam http://www.mainz.de/gutenberg/english/zeitgum.htm
- Wikipedia. loc. cit.
- 2. loc.cit. Sumber lain menyebutkan bahwa Alkitab tersebut dicetak pada tahun 1455, sementara sumber lainnya menyebut tahun 1456.
- Alkitab Vulgata tersebut merupakan versi Alkitab yang diterjemahkan oleh John Wycliffe pada 1384.
- Uang logam Inggris yang sebanding dengan dua shilling.
- Wikipedia. 2006. loc. cit.
- Armstrong, Chris. 2004. "A God`s Eye View of Gutenberg: The Rise, Fall, and Redemption of the Father of the Information Age". Dalam http://www.christianitytoday.com/ct/2004/augustweb-only/8-23-42.0.html
- Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. loc.cit.
- Ibid.
- Ibid.
- Hesperian. 2006. "Gutenberg and Reformation: The First Information Age". Dalam http://hesperian.wordpress.com/2006/08/02/gutenberg-and-the-reformation-the-first-information-age/ .
- Baek Su-gi. 1987. Dalam Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Gutenberg .
- Ibid.
- Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. loc.cit.
- Ibid.
- Wikipedia. loc. cit.
- Armstrong, Chris. 2004. loc. cit.
- Ibid.
- 16747 reads