Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are herePenerjemah Alkitab Vulgata / Hieronimus
Hieronimus
Hieronimus lahir dari orang tua kaya di Stridon (dekat Ljubliana, Slovenia) sekitar tahun 340-342. Dia mengenyam pendidikan pertama di Dalmatia, lalu melanjutkan studinya ke Milan. Saat berumur 12 tahun, dia dikirim ke Roma.
Artikel Terkait
Roma, "kota abadi", telah memberikan kesan mendalam baginya. Di sana hidupnya tidak keruan, yang kemudian menyiksa nuraninya untuk jangka waktu yang panjang. Hidupnya pun tidak hanya disibukkan dengan kisah percintaan semata. Bersama teman-temannya, Hieronimus berziarah ke katakombe-katakombe (kuburan bawah tanah) dan mendengarkan cerita-cerita tentang para martir. Setelah itu, Hieronimus dibaptis oleh Paus Liberius pada malam Paskah tahun 366. Dari Roma dia pergi ke Trier yang terkenal dengan sekolah-sekolahnya. Di sana dia mulai mempelajari teologi. Lalu dia berkeliling di Gaul dan Italia, dan tahun 373 menuju ke Antiokhia. Di kota itu dia menjadi murid Apollinaris dari Laodikia -- salah satu ahli tafsir mula-mula pada masa itu. Bersama dengan para pemuda yang memunyai kesamaan pola pikir, Hieronimus mendirikan sebuah komunitas yang anggota-anggotanya mau membaca Alkitab dan bermeditasi secara rutin. Sayangnya komunitas ini tidak bertahan lama, persaudaraan mereka pun pecah. Meskipun begitu, Hieronimus tidak putus asa. Dia kemudian memutuskan untuk pergi ke Timur.
Sejak kedatangannya di Antiokhia tahun 374, dia diterima dengan baik oleh pendeta Evagrius. Di sanalah dia menyusun karyanya yang pertama. Satu tahun kemudian, dia sakit dan menerima penglihatan. Dalam penglihatannya itu, terlihat bahwa rohnya berdiri di hadapan Kristus, Sang Hakim, dan dia harus menyebutkan agamanya. Dia berkata bahwa dia orang Kristen. Yesus berkata: "Kamu bukan orang Kristen, tetapi pengikut Cicero. Karena di mana hartamu berada, di situlah hatimu berada". Mendengar hal itu, Hieronimus memutuskan tidak membaca literatur kafir lagi.
Dari tahun 374 sampai 379, Hieronimus bermeditasi di gurun Chalcis, barat daya Antiokhia, untuk pengampunan dosa-dosanya pada masa muda. Kenangan-kenangan yang menimbulkan birahi terhadap gadis-gadis Roma yang pernah dikenalnya sangat menyiksanya, dan ini menjadi pengalaman yang menyakitkan. Dia berusaha mengekang keinginan dagingnya dengan tekun berdoa dan berpuasa. Dia harus mempelajari bahasa Suriah agar bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sana. Dengan kemampuannya berbahasa Suriah, dia bisa mempelajari bahasa Ibrani dengan mudah. Karena hanya bisa berbahasa Latin, dia pun mempelajari bahasa Yunani supaya bisa berkomunikasi dengan para biarawan lokal.
Pada kunjungan kedua ke Antiokhia, Hieronimus ditahbiskan menjadi pendeta oleh Paulinus pada tahun 378. Akan tetapi, Hieronimus tetap berkeliling di seluruh wilayah Timur. Pada tahun 380/381, dia menghabiskan waktu di Konstantinopel dan berteman dengan Gregorius dari Nazianzus yang membantunya untuk mengembangkan bahasa Yunaninya, serta menjadikannya pengagum Origenes. Hieronimus menerjemahkan 28 khotbah kitab Yeremia dan Yehezkiel yang ditulis oleh seorang teolog besar dari timur ke dalam bahasa Latin dengan bersemangat. Di konsili Konstantinopel (381), Hieronimus juga berkenalan dengan Gregorius Nyssa dan para tokoh gereja pada masa itu.
Dari tahun 382 sampai Agustus 385 dia menemani Paulinus dari Antiokhia menghadiri konsili di Roma. Paus Damasus (pengganti Paus Liberius) sangat terkesan dengan cara belajarnya sehingga dia menjadikan Hieronimus sebagai sekretarisnya. Dia memercayakan tugas yang sangat penting kepada Hieronimus: memperbaiki Injil versi Latin Kuno berdasarkan naskah terbaik Ibrani yang ada di Roma. Setelah itu, Hieronimus juga memperbaiki kitab Mazmur Latin Kuno yang digunakan sebagai dasar beberapa versi cetak Septuaginta. Walaupun pekerjaan ini tidak terlalu sukses, dia tetap meneruskan upayanya selama dua puluh tahun. Alhasil, muncullah terjemahan Alkitab Latin yang lebih baru dan lebih baik, yang dikenal dengan nama Vulgata. Ketika Paus Damasus meninggal (11 Desember 384) posisi Hieronimus menjadi sulit. Kritikan-kritikannya yang keras membuatnya dimusuhi orang-orang yang berusaha menghancurkannya. Setelah beberapa bulan, dia terpaksa meninggalkan Roma.
Setelah beberapa waktu, pada tahun 385 akhirnya dia menetap di Betlehem, Palestina. Di sana dia mendirikan biara -- yang dipimpinnya hingga ia meninggal -- di dekat biara wanita yang didirikan oleh dua wanita Roma, Paula dan Eustochium, yang mengikutinya ke Palestina. Sejak itu, dia menjalani hidupnya dengan bermeditasi dan belajar.
Secara garis besar, Hieronimus terbukti sebagai seorang ahli bahasa Latin dan Yunani. Dengan mempelajari bahasa Suriah dan Ibrani, budaya Barat dan Timur bergabung menjadi satu di dalam dirinya.
Hieronimus adalah mahasiswa teologi yang paling terpelajar di antara para penulis gerejawi Latin. Sebelum peradaban modern, dia menjadi satu-satunya ahli Kristen yang mampu mempelajari Alkitab dalam bahasa Ibrani asli.
Guru-gurunya
Hieronimus mendalami studi bahasa Ibrani di Betlehem. Di sini dia mendapatkan beberapa orang Yahudi sebagai gurunya. Salah satu dari mereka mengajarinya membaca. Pelafalan bahasa Ibrani yang khas sering ditemukan dalam karya-karya Hieronimus, barangkali didapatkan dari orang-orang Yahudi yang menjadi gurunya itu. Hieronimus tidak puas hanya belajar dengan satu orang Yahudi saja, oleh karena itu dia belajar dari banyak orang sekaligus dan selalu memilih orang terpandai. Dengan kata lain, Hieronimus selalu berusaha menginspirasikan keyakinannya dalam eksegesenya. Dia bahkan bepergian ke provinsi Palestina dengan teman-teman Yahudinya agar bisa mengenal sejarah Alkitab.
Dari sekian banyak guru, hanya 3 orang yang diketahui dengan jelas. Pertama, Lyddaeus, yang mengajarkan terjemahan dan eksegese. Sedangkan pengetahuan Hieronimus tentang tradisi Yahudi ("midrash") diperolehnya dari orang Yahudi lainnya. Lyddaeus berbicara dalam bahasa Yunani -- bahasa yang dipahami Hieronimus. Lyddaeus biasanya enggan menjelaskan naskah Alkitab Ibrani. Sering kali Hieronimus tidak puas dengan eksegese gurunya dan berdebat dengannya; Hieronimus sering mengatakan bahwa dia hanya membaca Kitab Suci dengannya. Kedua, Baranina, dari Tiberias. Dia memperkenalkan begitu banyak tradisi Ibrani kepada Hieronimus, beberapa di antaranya berasal dari daerah asalnya, Tiberias. Dia datang hanya pada malam hari dan hanya beberapa kali. Jika ia takut datang sendiri, dia menyuruh Nikodemus, suruhannya. Ketiga, Khaldeus. Dia mengajarkan Hieronimus bahasa Aram yang diperlukan untuk membaca beberapa bagian dari Perjanjian Lama dan kitab-kitab Apokrifa yang ditulis dalam bahasa Aram. Guru bahasa Aram ini sangat terkenal di antara kaum Yahudi. Hieronimus, yang sangat kesulitan mempelajari bahasa Aram, sangat puas dengan petunjuknya. Hieronimus terus belajar dengan orang-orang Yahudi selama 40 tahun.
Pengetahuan tentang bahasa Ibrani
Pengetahuan Hieronimus tentang bahasa Ibrani lebih banyak jika dibandingkan dengan pengetahuan bapa-bapa gereja dan masyarakat Kristen pada umumnya pada saat itu. Walaupun dia beranggapan bahwa dia memunyai keahlian lengkap dalam bahasa Ibrani, dengan bangga menyebut dirinya "trilingua" (memahami tiga bahasa: Latin, Yunani, dan Ibrani), dan meyakinkan bahwa ia bekerja keras mempelajarinya, namun bahasa Ibraninya masih tidak sefasih guru-guru Yahudinya. Akan tetapi, dia tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan orang-orang Kristen. Hieronimus tidak hanya menguasai pelafalan berdesis yang menjadi ciri khas Yahudi, tetapi dia juga -- menurut kata-katanya sendiri -- merusak pelafalan bahasa Latinnya dan menghancurkan gaya Latinnya yang baik karena kebiasaannya melafalkan bahasa Yahudi. Akan tetapi, pernyataan Hieronimus ini tidak dapat dianggap serius. Dalam karyanya yang berjilid-jilid, Hieronimus menyalin ribuan kata-kata Ibrani ke dalam bahasa Latin, sehingga memberikan informasi yang tidak terlalu tepat tentang pelafalan Ibrani pada masa itu. Meskipun dia belajar dengan orang Yahudi, pelafalan Ibraninya tidak sebanding baiknya dengan pelafalan orang Yahudi. Hal ini disebabkan dia fokus dengan pekerjaannya, karena kebiasaannya, dan karena otoritas gereja untuk mengikuti Septuaginta dalam pemakaian nama diri.
Hieronimus setuju dengan kepercayaan orang Israel dan sebagian besar bapa-bapa gereja, bahwa bahasa Ibrani adalah nenek moyang dari semua bahasa. Dia terkadang membedakan bahasa Ibrani dari Aram, tetapi terkadang menyebutkan keduanya bahasa Suriah. Pengetahuannya tentang bahasa Ibrani sangat menonjol dalam dua karya pentingnya, pertama tentang nama diri Ibrani dan tempat-tempat yang disebutkan dalam Alkitab; kedua adalah komentar panjangnya tentang sebagian besar kitab Perjanjian Lama. Sementara itu, pengetahuannya sangat terlihat jelas di dalam mahakaryanya, yaitu terjemahan Alkitab Latin yang baru dari versi aslinya dalam bahasa Ibrani -- Vulgata.
Para penulis Yahudi abad pertengahan mengakui Hieronimus memiliki peran penting. Perkataannya sering dikutip oleh banyak ahli. Karya Hieronimus juga teramat penting karena dia memiliki akses rujukan pada karya-karya yang telah hilang pada masa ini, contohnya "Hexapla" karya Origenes; salinan-salinan dalam bahasa Aram dari kitab apokrifa Yudit dan Tobit; dan kitab yang dikenal sebagai Injil Ibrani, yang tertulis dalam aksara Ibrani dalam bahasa Aram, yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan Latin.
Hieronimus akhirnya menutup usia di Bethlehem pada tanggal 30 September 420.
Dirangkum dari:
- Crawford Howell Toy, Samuel Krauss. "Jerome (Eusebius Hieronymus Sophronius)". Dalam http://www.newadvent.org/cathen
- _________. "Jerome". Dalam http://earlyfathers.com/jerome/
Sumber: Bio-Kristi 62
- Login to post comments
- 9706 reads