Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereGuru Kristen / Soetirah Paulina Van Magelang
Soetirah Paulina Van Magelang
Soetirah lahir pada tanggal 4 Mei 1908 dari keluarga Sastrokarjo. Selama tiga tahun, ia bersekolah di Zendingsschool Kalipenten. Kemudian, ia melanjutkan ke Sekolah Guru Keucheniusschool, Purworejo, yang pada tahun 1906 dipindahkan ke Yogyakarta. Di Eerste Afdeling Keuchenius School Yogyakarta, Soetirah dan kakak-kakaknya dipersiapkan diri menjadi guru sekolah Zending.
Setelah lulus, Soetirah bekerja sebagai guru sekolah Zending dan sebagai pembantu penginjil di resort Magelang untuk waktu yang cukup lama, khususnya pada lingkungan Pasamoewan Kristen Djawi Gereformeerd Magelang. Perubahan nasibnya terjadi ketika ada dua orang pekerja utusan Zending GKN yang datang dari Belanda dan bekerja di Magelang. Mereka adalah dr. G.J. Dreckmeier dan Ibu Barbee. Mereka datang ke Indonesia karena adanya gagasan Ds. A. Merkelijn yang mulai berpikir tentang adanya sarana pelayanan berupa Rumah Sakit Zending di Magelang, seperti yang sudah ada di Yogyakarta, Surakarta, Purworejo, dan sebagainya. Melalui dana yang berhasil dikumpulkan oleh Ds. A. Merkelijn, maka berdirilah sebuah Zending Ziekenhuis Magelang yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 26 Mei 1932. Dr. G.J. Dreckmeier pun ditunjuk sebagai direktur medisnya.
Sejak Zending Ziekenhuis te Magelang mulai dibuka, selaku penginjil pembantu perempuan di resort Magelang, khususnya di Pasamoewan Kristen Djawi Gereformeerd Magelang, Soetirah mulai dilibatkan dalam penginjilan di kalangan pasien rumah sakit. Secara khusus, Ibu Soetirah dipekerjakan sebagai Evangelisatiewerk op kinder en vrouqensalen Zending Ziekenhuis te Magelang (Kelas penginjilan khusus anak-anak dan wanita di Rumah Sakit Zending di Magelang).
Kesungguhan, ketekunan, dan kemampuan Guru Soetirah dalam menjalankan tugas pelayanannya, memicu gagasan pada diri Dokter Dreckmeier untuk mengasahnya lebih lanjut. Pada tahun 1934, Soetirah dikursuskan di Theologische Opleidingsschool Jogjakarta dan posisinya menjadi guru Injil perempuan yang sejajar dengan para zendingzuster Eropa. Dalam kegiatan ini, Soetirah bekerja bahu-membahu dengan Ibu Cornelia Barbee dan Ibu Martinah. Mereka tinggal di Panti Wara untuk melakukan penginjilan sekaligus pelayanan sosial kepada para ibu dan gadis di Magelang. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah menjahit.
Pada puncaknya, pelatihan jahit-menjahit arahan Ibu Barbee mencapai lebih dari dua puluh tempat, di desa-desa yang belum pernah mendengar pemberitaan Injil. Pada tahun 1938, jumlah peserta latihan jahit-menjahit mencapai sekitar lima ratus orang. Meski demikian, pelayanan mereka yang secara khusus memperhatikan kaum perempuan ini kurang dihargai oleh berbagai pihak pada waktu itu. Akan tetapi, ketekunan, kesungguhan, dan kerelaan, serta penyerahan diri mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan zending ini, pada akhirnya disadari oleh zending sebagai pekerjaan yang indah dan sudah sepatutnya mendapatkan apresiasi sebagai ungkapan terima kasih.
Sayangnya, sukacita dalam pekerjaan sebagai zendingszuster bagi Ibu Barbee, Ibu Soetirah, dan teman sekerjanya harus berakhir ketika tentara pendudukan Jepang menguasai Indonesia sejak tahun 1942. Kesulitan demi kesulitan, tekanan demi tekanan, dan larangan demi larangan mulai membelenggu pekerjaan gereja dan zending. Namun, semangat pelayanan yang luar biasa tidak pernah menciutkan langkah mereka. Ketegaran hati Ibu Soetirah menjadi landasan untuk tetap menyelenggarakan pemeliharaan iman kaum gereja di Kota Magelang.
Namun, setelah Dokter Dreckmeier dan Ibu Barbee ditahan, serta Rumah Sakit Zending Magelang dan Rumah Panti Wara ditahan secara berturut-turut oleh pemerintah pendudukan Jepang, Ibu Soetirah menjadi kehilangan penopang kekuatan dan pendorong kegigihan kerjanya.
Ibu Soetirah dan teman-temannya pada saat itu harus tinggal di "ground" (lantai bawah) Gereja Bayeman Magelang, dan kembali menjadi tenaga penginjil Pasamoewan Kristen Djawi ing Djawi Tengah Sisih Kidoel di Magelang sampai tahun 1956. Pengalaman tersebut menjadi landasan bagi tugasnya untuk mempersiapkan para gadis menjadi pekerja gereja, untuk memperkenalkan Injil Kerajaan Allah kepada orang lain.
Dengan lahirnya Badan Contact yang merupakan organisasi bersama para penginjil perempuan yang melayani dan bekerja di Jawa Tengah pasca zaman Zending, maka bersama dengan Klasis Kedu yang semula berniat mendirikan Kursus Kader Pekabaran Injil untuk perempuan, melahirkan Sekolah Wanita Kristen.
Proses kelahiran sekolah yang nantinya diberi nama Sekolah Pekerja Wanita Kristen (SPWK) Magelang ini menetapkan Ibu Soetirah sebagai Kepala Sekolah, sedangkan Ibu A. Hoeksema diangkat sebagai Kepala Asrama.
Sekolah ini dinyatakan resmi berdiri pada tanggal 25 September 1956 dengan nama Sekolah Wanita Kristen (SWK), yang berlokasi di ruang ground (lantai bawah) GKJ Bayeman. Ibu Soetirah telah dipilih oleh Klasis Kedu untuk memimpin dan membesarkan SWK. Dan, tugas yang sedemikian berat itu ternyata tidak mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Hanya karena para sahabat dekatnya, kehidupan Ibu Soetirah pada masa tuanya tidak disia-siakan. Selama hidupnya, Ibu Soetirah tidak menikah. Setelah 16 tahun menjadi Kepala Sekolah, ia pensiun pada tanggal 1 Juli 1972, tetapi ia masih terus mengabdikan dirinya melayani Kristus melalui Yayasan Kristen Bagi Pemeliharaan Lanjut Usia (Pelkris) di Semarang dan Pelkrim di Magelang. Di samping itu, ia tetap mengabdikan bakat dan kekuatannya sebagai anggota pengurus SPWK yang sangat dihormati. Di masa tuanya sampai dipanggil ke hadapan Tuhan pada tanggal 1 Mei 1977, Ibu Soetirah tinggal di Wisma Elika Bandungan. Makam Ibu Soetirah Sastrokarjo sekarang berada di Giri Laya, Magelang.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs | : | gkj.or.id |
Alamat URL | : | http://www.gkj.or.id |
Judul asli artikel | : | Biografi Tokoh Gkj Seri 3 "Soetirah Paulina van Magelang" |
Penulis | : | S. H. Soekotjo |
Tanggal akses | : | 3 Mei 2013 |
- Login to post comments
- 5983 reads