Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are herePolisi / Ursinus Elias Medellu
Ursinus Elias Medellu
Mantan Pengawal Presiden Soekarno, Irjen Pol. (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu meninggal dalam usia 90 tahun, pada hari Jumat, 6 Januari 2012. Dia adalah seorang polisi yang berjasa besar bagi negeri ini. Mantan Kapolda Sumatera Utara ini meninggal dalam kondisi miskin. Ketika perang kemerdekaan, ketika ibu kota masih di Yogyakarta, waktu itu ia masih TNI berpangkat Letnan, Ursinus menjadi intel yang bisa masuk ke markas Belanda dan sangat membantu Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret.
Setelah penyerahan kedaulatan RI, pasca-Konferensi Meja Bundar, dia menjadi polisi berpangkat Aipda. Dalam masa transisi, ia direkrut menjadi pengawal Presiden yang pertama. Tiga orang yang waktu itu ditunjuk menjadi pengawal Bung Karno adalah U. E. Medellu, J. E. Kanter, dan Daan Mogot.
Kemudian, ketika menghadapi Permesta, sebagai polisi, Medellu diberi pangkat TNI lagi oleh Pangdam Merdeka Sulut, lalu diberi jabatan menjadi Ketua Pemegang Kuasa Perang (Pekuper di kepulauan Sangihe). Dia adalah satu-satunya polisi yang mengisi jabatan Kepala Pekuper yang biasanya dipimpin oleh seorang Mayor TNI.
Setelah kembali ke Jakarta, ia kemudian berdinas sebagai polisi lalu lintas. Dia adalah pencipta sistem registrasi kendaraan bermotor yang berlaku sampai sekarang: BPKB. Dari uang BPKB itu, ia bisa membeli kompleks Direktorat Polantas, di jalan M. T. Haryono, yang luasnya sekitar 4 hektar.
Dia juga menerapkan sistem tilang dengan tiga warna yang sekarang masih berlaku (ia adopsi dari salah satu negara bagian di AS). Dengan dana BPKB itu, dia bisa membeli sejumlah aset untuk polisi, mulai dari Markas Polantas di Jalan M. T. Haryono, pompa bensin, peternakan babi di Tangerang, sampai vila di Anyer. Ketika itu, lembaga kepolisian tidak boleh membeli aset. Jadi, Ursinus membeli semua itu atas nama pribadi. Setelah pensiun, dia meminta agar Mabes Polri segera membaliknamakan semua aset itu menjadi milik polisi.
Ketika itu, semua aset diatasnamakan koperasi atau semacam itu, yang tujuannya untuk kesejahteraan anggota. Setelah pensiun, terakhir menjadi Kapolda Sumut, Ursinus menjadi dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Di bidang kerohanian, ia menjadi Presiden pertama Full Gospel Internasional untuk Indonesia (FGBMFI Indonesia). Setelah dua kali menjabat, ia digantikan oleh Letjen H. B. L. Mantiri. Di FGBMFI Indonesia, Ursinus merupakan seorang pemimpin yang sabar dan tokoh teladan bagi anggota FGBMFI Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, FGBMFI Indonesia berkembang pesat dan hingga saat ini, sudah menjangkau banyak kota dan daerah di Indonesia.
Setelah pensiun, ia tidak punya rumah, sampai kemudian Direktur Polantas membantunya mencicil sebuah rumah sederhana di gang sempit, di kawasan Otista III, Jakarta Timur.
Di kalangan perwira lalu lintas, sosok Opa Medellu dikenal sebagai figur polisi yang mempunyai integritas pribadi. Satu dari sedikit jenderal yang jujur, lurus, bersih, sederhana, dan punya prinsip. Barangkali, ia bisa disandingkan dengan Jenderal Pol. Purn. Hoegeng Iman Santoso, yang juga dikenal sederhana dan lurus.
Kesederhanaan jalan hidup Opa Medellu terlihat dari rumahnya yang tak seberapa luas dan sederhana di sebuah gang sempit, masuk dari Jalan Otista, Cawang, Jakarta Timur. Padahal, berbagai jabatan strategis Polri pernah dipegangnya, antara lain delapan tahun menjadi Direktur Lalu Lintas Polri dan Kadapol (sekarang Kapolda) Sumatera Utara selama dua tahun.
Namun, Medellu tidak mau mengambil harta yang bukan miliknya, alias korupsi. Nilai-nilai agama yang dianut putra pendeta ini terlalu mulia untuk ditukar dengan penyimpangan berupa penyelewengan jabatan. "Saya menjadi polisi karena kehendak Tuhan, maka selama menjadi polisi saya berusaha tidak melakukan apa yang menyimpang dari ajaran Tuhan," katanya.
Karena itu, salah satu buah kerjanya semasa dinas aktif sebagai perwira tinggi Polri, Medellu membangun sistem "check and balance" agar siapa pun yang duduk sebagai pejabat tidak terjebak melakukan korupsi. "Saya yakin Tuhan sangat benci korupsi, apalagi korupsi di Indonesia," tuturnya.
Memang, Medellu tidak meninggalkan harta warisan berlimpah bagi keluarganya. Bahkan, rumahnya yang sederhana hanya berisi perabotan tua dengan hiasan foto-foto keluarga dan kerabatnya. Warisan Opa Medellu yang paling berharga menurut anak-anaknya adalah nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan disiplin. Itulah yang terus Medellu tanamkan kepada delapan anak, dua puluh satu cucu, dan empat cicitnya.
"Tuhan tidak kasih uang satu karung untuk saya. Tetapi, Tuhan menggerakkan apa yang Dia sudah berikan kepada saya, seperti otak, mata, telinga, hati, budi, nurani, pengalaman, dan kemampuan .... Bekerja merupakan bagian dari doa saya, dan Tuhan senantiasa mengabulkan doa saya," tutur pria yang lahir di pulau Sangihe, Sulut, ini.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | FGBMFI |
Alamat URL | : | http://fgbmfi.web.id/ |
Judul asli artikel | : | Irjen Pol. (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu: National President FGBMFI Indonesia yang Pertama |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 30 November 2013 |
- Login to post comments
- 6011 reads