Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereUnitarianisme / Jacobus Arminius
Jacobus Arminius
Arminius mungkin tidak pernah merasa damai dalam hidupnya. Dia lahir di sebuah kota di Belanda bernama Oudewater pada tahun yang sama saat ayahnya meninggal. Ibu dan saudara-saudaranya juga meninggal lima belas tahun kemudian saat tentara Spanyol membantai penduduk kota itu.
Arminius yang dibesarkan dan dibiayai kerabatnya, belajar di Universitas Leiden. Di sana, dia dianggap menonjol dalam bidang teologi. Namun, majelis gereja menganggap anak muda berusia 21 tahun itu terlalu muda untuk menjadi pendeta.
Artikel Terkait
Tanpa menggubris hal tersebut, Arminius melanjutkan pendidikannya di Jenewa dan bersahabat dengan Theodore Beza, penerus Calvin di kota reformasi tersebut. Beza menata ulang ajaran-ajaran Calvin, dia tetap memakai isi ajaran teologi Calvin, tetapi mengubah semangat ajaran itu. Contohnya, ketika Calvin berbicara tentang keagungan dan kemuliaan Tuhan, bukannya "kedaulatan" Tuhan, Beza malah memusatkan pikirannya pada kedaulatan yang tidak lain adalah perintah yang sewenang-wenang dari kekuasaan yang sejati. Dan bila Calvin memusatkan hidup kita di dalam Kritus dengan predestinasi sebagai alat bagi orang berdosa untuk datang kepada Kristus, Beza malah menganggap predestinasi sebagai prinsip kekuasaan.
Sekembalinya dari studi di Italia, Arminius ditunjuk sebagai pendeta di Amsterdam. Pada hari Minggu, dia memulai pelayanannya sebagai pendeta dengan memakai peci -- peci itu menjadi lambang kebebasan -- dan hanya melepas peci itu saat berdoa memohon kehadiran Tuhan pada permulaan ibadah. Dia sadar bahwa orang-orang yang sudah diselamatkan Anak Allah, hanya kembali kepada Pribadi yang sudah mengembalikan kebebasan mereka. Penduduk kota menikmati khotbahnya karena khotbahnya mencerminkan iman masyarakat Belanda yang pemikirannya mengenai Injil telah tertanam secara perlahan-lahan selama kurang lebih dua abad.
Sudah merupakan tradisi bagi para pendeta pada era reformasi untuk berkhotbah dari Alkitab. Maka Arminius memulai khotbahnya dari kitab Roma. Tiga tahun kemudian, dia sampai pada pasal tujuh. Masalah timbul saat dia mengemukakan bahwa "manusia celaka" yang dibicarakan pada kitab itu adalah seseorang yang belum percaya, bukan seseorang yang telah lahir baru, seperti yang dikemukakan Beza. Saat orang yang menentang ajaran teologinya menyebut dirinya murtad, Arminius berkata, "Aku percaya bahwa keselamatan kita datang dari Kristus saja dan kita mendapat iman atas pengampunan dosa dan pemulihan hidup hanya melalui anugerah Roh Kudus." Setelah itu, mereka menuduhnya menganut paham pelagianisme, paham sesat yang menganggap bahwa kejatuhan dalam dosa sudah memengaruhi umat manusia sehingga kita bisa menentukan takdir kita sendiri, tanpa bantuan untuk masuk dalam persekutuan dengan Tuhan. Tudingan sosinianisme (unitarianisme, paham yang menolak Trinitas; hanya memercayai adanya pribadi Ilahi yang tunggal) juga diarahkan kepadanya. Arminius menolak jika dikatakan bahwa dia selalu menyatakan keilahian Anak Allah.
Berkaitan dengan Roma 7, Arminius berkata:
Posisinya dalam hal "manusia celaka" adalah pendapat yang didukung oleh sepanjang sejarah gereja dan tidak pernah dianggap murtad.
Tidak ada kemurtadan, termasuk Pelagianisme, bisa didapat dari hal ini;
Pendapat dari ahli teologi modern (contohnya, Beza) bahwa Roma 7 adalah pasal yang berbicara tentang orang Kristen bukanlah pendapat yang dimiliki para pendiri gereja, termasuk Agustinus, pelopor gereja yang sangat dicintai kaum Calvinis.
Mengatakan bahwa Roma 7 berbicara tentang orang Kristen berarti mengabaikan Tuhan (anugerah tampak tak berdaya dihadapan dosa) dan membantu perkembangan tindakan asusila (bahkan orang yang sudah hidup baru tidak dapat menahan dirinya untuk melakukan perbuatan yang tidak mau mereka lakukan).
Dari semua yang dipertahankan Arminius bersama dengan gereja sedunia dapat disimpulkan bahwa kehendak bebas hanya ditemukan dalam orang-orang yang lahir baru, mereka yang mempunyai pilihan untuk mengenal dan menaatinya atau tidak. Orang yang tak percaya tetap dibelenggu oleh dosa.
Beberapa bulan kemudian, Arminius menguraikan Roma 9. Seorang yang menentangnya menuduh khotbahnya menyiratkan bahwa orang-orang berdosa yang tidak menyesal dihukum hanya berdasar atas dosa mereka. Dengan kata lain, mereka dihukum bukan atas dasar ketetapan tersembunyi yang telah Tuhan berikan sebelum mereka lahir dan berdosa. Penentang yang lain lagi mencelanya karena memberitakan bahwa perbuatan baik tidak pantas menerima pengampunan Tuhan, sementara orang-orang yang beroleh pengampunan harus melakukan perbuatan baik yang dapat mereka lakukan.
Dalam penelitian rinci dan eksposisi beralasannya tentang Roma 9, Arminius mengatakan bahwa doktrin anugerah mengakui manusia sebagai ahli waris anugerah dan menghormati mereka sebagai umat manusia, yang diciptakan segambar dengan Allah. Arminius menentang segala pernyataan yang mengatakan bahwa manusia berdosa adalah suatu tongkat dan batu yang dapat digerakkan secara mekanis. Berkaitan dengan Roma 9, dia menegaskan hal-hal berikut.
Pertanyaan yang dilontarkan lawannya, yang percaya bahwa predestinasi yang menjawab, yaitu, "Kenapa beberapa orang percaya, sementara yang lain tidak?", adalah pertanyaan yang tidak dipertanyakan, apalagi dijawab dalam pasal ini.
Roma 9 tidak membicarakan perorangan, tetapi lebih kepada golongan-golongan masyarakat: mereka yang mengiyakan kelayakan oleh iman (misalnya, melalui keintiman dengan "pengurus gereja" yang Budiman), dan mereka yang berusaha menjadi layak untuk mendapat pengakuan dari Yesus. Tuhan "mempredestinasikan" keselamatan bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus.
Mengatakan bahwa seseorang sudah ditentukan untuk mendapat keselamatan kekal atau kutukan sebelum mereka diciptakan (dan sebelum mereka berdosa) berarti menuduh Allah bertindak sewenang-wenang.
Mendalilkan kehendak Tuhan, baik yang tersembunyi maupun yang kelihatan berarti mendustai keyakinan Perjanjian Baru bahwa Yesus Kristus adalah kegenapan kehendak Allah yang disingkapkan sekarang.
Perintah dan janji Tuhan itu universal. Tuhan tidak memerintahkan semua manusia untuk percaya hanya dengan mendatangi beberapa orang sambil membawa pengampunan agar mereka percaya kepada-Nya.
Meski kontroversi merebak di Amsterdam, Universitas Leiden sebagai pusat Humanisme Renaissance, yang sekaligus pusat bahasa dan budaya Belanda menyadari kecermelangan Arminius, lalu mengangkatnya sebagai rektor pada tahun 1603.
Meski dihargai di antara kalangan intelektual, dia ditentang oleh kaum teologi. Dalam setahun dia diseret menuju perdebatan umum mengenai predestinasi. Sekali lagi dia mempertahankan pendapatnya, kali ini dengan cara yang lebih halus. Dihargai di universitas, Arminius diserang di gereja oleh para pengungsi ultra-Calvinis dari Perancis yang kepercayaannya berbeda dengan iman asli masyarakat Belanda. Penentangan terhadapnya semakin menjadi-jadi. Musuh-musuh yang menghujatnya, yang mengetahui perjalanan studinya ke Italia, memfitnahnya dengan mengatakan bahwa dia mencium sandal milik Paus dan "dipengaruhi" oleh kaum Jesuit (serikat agama Katolik yang didirikan oleh Santo Ignatius Loyola pada tahun 1534).
Kelegaan hanya datang saat TBC yang sudah membuatnya batuk selama berbulan-bulan sudah agak membaik. Dia meninggal dengan ditemani oleh istrinya, Lisjbet dan sembilan anaknya yang masih hidup, si bungsu masih berumur tiga belas bulan. Semenjak itu, Lisjbet hidup dengan uang pensiun kependetaan yang sudah dijanjikan pemerintah Belanda bertahun-tahun sebelumnya saat mereka sekeluarga pindah ke Leiden.
Jelas Arminius tidak menyampaikan kata terakhir dalam Roma 7 dan 9 (atau dalam gagasan yang mengatakan bahwa filsafat adalah dasar yang diperlukan dalam teologi). Tetap saja dia tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dia sudah mengatakan bahwa dia hanya ingin "menyelidiki dengan penuh kesungguhan, kebenaran ilahi yang ada dalam Kitab Suci dengan tujuan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus sehingga dia berkenan di hadapan-Nya." (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Judul asli artikel | : Jacobus Arminius |
Penulis | : Victor Shepherd |
Nama situs | : Sermons and Writings of Victor Shepherd |
Alamat URL | : http://www.victorshepherd.on.ca/ |
Sumber: Bio-Kristi 11
- 11472 reads